4 mins read

5 Fakta Exclusive tentang déjà vu dan jamais vu: Memahami ‘Sudah Dilihat’ dan ‘Tak Pernah Dilihat’

déjà vu dan jamais vu: Mengawal Arah Pengalaman Memori

Fenomena déjà vu dan jamais vu kini semakin menarik perhatian riset neuroscience. Ketika istilah déjà vu—perasaan bahwa Anda telah mengalami suatu kejadian sebelumnya—mulai “dipahami” secara ilmiah, istilah jamais vu, kebalikannya, juga mendapat sorotan sebagai pengalaman bahwa sesuatu yang familiar terasa asing. Artikel ini membahas lima fakta terbaru tentang fenomena déjà vu dan jamais vu, apa yang terjadi dalam otak kita, dan kapan kita perlu berhati-hati.

1. Apa itu déjà vu dan jamais vu?

Déjà vu berasal dari bahasa Prancis yang artinya “sudah dilihat” — yaitu ketika kita merasakan bahwa suatu momen yang sedang kita alami sudah pernah terjadi sebelumnya, meskipun secara fakta kita yakin belum.

déjà vu dan jamais vu
déjà vu

Sebaliknya, jamais vu, yang artinya “tak pernah dilihat”, adalah pengalaman bahwa sesuatu yang sebenarnya sangat familiar terasa sangat asing atau aneh.
Keduanya adalah jenis gangguan kecil dalam sistem memori dan persepsi kita, bukan hal gaib atau supernatural.

2. Kenapa fenomena déjà vu dan jamais vu terjadi?

Proses otak di balik déjà vu

 

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa déjà vu terjadi ketika bagian otak yang mengenali “kesan familiar” (familiarity) memberi sinyal positif, sementara bagian yang mengingat “detail spesifik” (recollection) gagal mengikutinya. Dengan kata lain, otak kita merasa “ini seperti pernah” tapi tidak bisa menemukan bukti rinci bahwa memang pernah.
Beberapa kondisi seperti kelelahan, stres, atau gangguan tidur dapat meningkatkan kemungkinan mengalami déjà vu.

Kenapa jamais vu terjadi?

Dalam penelitian, jamais vu bisa dipicu melalui eksperimen sederhana: misalnya menulis kata yang sangat familiar berulang-ulang sehingga kata tersebut mulai terasa “aneh”.
Penjelasannya: ketika representasi otak menjadi terlalu lancar atau terlalu otomatis (semantic satiation) sehingga sistem “familiarity” menjadi bingung dan menghasilkan sensasi bahwa yang familiar tiba-tiba jadi asing.

3. Temuan terbaru dalam riset déjà vu dan jamais vu

  1. Sebuah artikel di ScienceAlert menyebut bahwa jamais vu mungkin lebih langka tetapi “lebih aneh” dibanding déjà vu, karena melibatkan dis-sinkronisasi bagian otak yang mendeteksi keakraban dengan kenyataan.
  2. Menurut ScienceFocus, déjà vu sebenarnya bisa diartikan sebagai sinyal bahwa bagian “pemeriksa fakta” dalam otak Anda berjalan baik—yaitu ketika otak mendeteksi “ini terasa seperti pernah” tapi kemudian berkata “tapi saya tahu ini belum pernah”.
  3. Klinik seperti Cleveland Clinic menegaskan bahwa meskipun déjà vu pada umumnya tidak berbahaya, frekuensi yang tinggi atau disertai gejala neurologis bisa menjadi indikator kondisi yang lebih serius seperti epilepsi lobus temporal.

4. Kapan déjà vu atau jamais vu perlu diperhatikan?

Sebagian besar orang mungkin mengalami déjà vu satu atau dua kali dalam hidup tanpa masalah.
Namun, Anda harus mencermati kondisi berikut:

  • Jika episode berlangsung sangat lama atau sering terjadi.
  • Jika disertai gejala seperti kebingungan, kehilangan kesadaran, kejang atau perubahan sensorik.
  • Bila jamais vu secara terus-menerus muncul dan mengganggu aktivitas sehari-hari, karena fenomena tersebut bisa saja terkait dengan gangguan neurologis atau kelelahan ekstrem.

5. Bagaimana kita menanggapi pengalaman déjà vu dan jamais vu?

  • Sadari bahwa ini umum: Sebagian besar orang sehat pernah mengalaminya, dan ini bukan tanda kegilaan. Contohnya déjà vu — sekitar 60–70% orang pernah mengalaminya.
  • Gunakan sebagai petunjuk: Jika Anda mengalami déjà vu dan saat itu sedang sangat lelah, stres, atau kurang tidur, ini bisa jadi sinyal untuk memperbaiki kondisi fisik/psikis.
  • Perhatikan frekuensi dan konteks: Bila terlalu sering dan tanpa pemicu jelas, sebaiknya konsultasi dengan profesional kesehatan.
  • Jangan panik: Meskipun terasa aneh, pengalaman ini seringkali hanya sementara dan tidak berbahaya jika dalam kondisi normal.

Pengalaman déjà vu dan jamais vu sebenarnya bukan hanya “sensasi aneh” tapi merupakan bagian dari bagaimana otak kita memeriksa memori dan persepsi. Déjà vu tampil sebagai “saya merasa pernah ini” padahal belum, sementara jamais vu sebagai “ini seharusnya saya kenal, tapi terasa asing”. Dengan penelitian terbaru, kita memahami bahwa keduanya adalah sinyal bahwa sistem memori kita bekerja—mendeteksi konflik antara keakraban dan pengenalan yang tepat.
Bila Anda pernah merasakan momen seperti ini—tenang, Anda tidak sendirian. Jika tidak mengganggu dan muncul sesekali, itu wajar. Tetapi jika sering atau muncul bersamaan dengan gejala lainnya, maka bijak untuk memeriksakan diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *